Capungan Banggai (Pterapogon kauderni), Ikan Yang Cantik, Unik dan Endemik

Posted By aksilingkungan.com on Wednesday, March 1, 2017 | 11:02 PM

AksiLingkungan.com - Cantik, unik, dan endemik adalah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni). Ikan ini terkenal dengan kecantikannya melalui corak yang mencolok dan sirip yang memanjang. Keistimewaan lainnya adalah keragaman genetiknya. Ikan ini hidup secara berkelompok. Pada kelompok ikan yang terpisah sejauh lima kilometer, akan memiliki perbedaan genetik dengan kelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi alam perairan Kepulauan Banggai yang berarus kuat dan selat antar pulau yang dalam. Akibatnya interaksi antar kelompok-kelompok (populasi) menjadi terhalang. Ikan ini j u ga endemik karena hanya hidup di pantai - pantai di sepanjang gugusan 33 pulau yang terhimpun di Kepulauan Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Ikan ini j u ga dinyatakan sebagai ikan langka yang harus dilindungi.

Ikan Capungan Banggai atau yang dikenal dengan sebutan Cardinal Banggai sangat popular dalam perdagangan ikan hias baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan tubuh mengkilap keperakan, ikan ini memiliki tanda tiga garis hitam vertikal di kepala dan sisi badan ikan. Antara garis pada tubuh ditandai dengan titik putih yang membentuk pola unik di tiap individu. Bentuk ikan ini adalah pipih dengan ekorterbelah dua, mirip burung Walet. Panjang badan maksimal 15 cm dan lebar sampai 7 cm, memiliki warna kulit belang-belang hitam dan kuning kecoklatan. Capungan Banggai juga memiliki kekhasan sirip dorsal (punggung) bagian depan berjumbai serta sirip anal dan sirip caudal (ekor) memanjang.

Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, antara 1 hingga 6 individu. Dalam sekali musim bertelur dapat dihasiikan hingga 75 butir telur. Telur - telur ini dierami dalam kantong khusus di rongga mulut ikan jantan hingga menetas. Setelah anak ikan mencapai ukuran 5-6 mm baru akan dilepas induk jantan. Selama 30 hari masa pengeraman sang indukjantan berpuasa dengan tidak mengkonsumsi makanan sama sekali. Setelah mengeiuarkan anaknya, indukjantan tidak berinteraksi dengan anak-anaknya lagi.

Makanan utama ikan Capungan Banggai adalah plankton udang (Crustacea) dan copepoda. Namun demikian ikan ini merupakan pemakan oportunistik, yang dapat memakan berbagai organisme kecil termasuk cacing, moluska dan larva ikan. Ikan ini memiliki peranan penting di ekosistem terumbu karang dengan memangsa larva ikan dan parasit karang.

Sebagai spesies laut tropis, ikan Capungan Banggai menempati perairan pantai dangkal pada kedalaman antara 1 , 5 - 5 meter dan suhu air berkisar antara 28-31 derajat Celsius. Mereka lebih suka di perairan yang lebih tenang meskipun beberapa populasi tinggai di daerah bergelombang dan arus kuat. Mereka dapat dijumpai pada kumpulan terumbu karang dan bersembunyi pada gua terumbu karang dan beraktivitas pada malam hari untuk mencari makan. Matanya yang berukuran besar sangat membantu untuk mengetahui letak ikan kecil dan beberapa jenis udang di kegelapan.

Ancaman bagi Capungan Banggai

Ancaman utama bagi ikan Capungan Banggai adalah eksploitasi berlebihan untuk perdagangan akuarium. Tingginya tingkat eksploitasi menyebabkan dua populasi lokal ikan Capungan Banggai punah. Populasi global ikan Capungan Banggai juga diyakini telah berkurang hingga 10% dari populasi asalnya. Selain eksploitasi berlebihan, ikan Capungan Banggai juga terancam oleh perusakan habitat akibat penggunaan dinamit dan sianida dalam penangkapan ikan spesies lain. Baru-baru ini bahkan ditemukan penyakit virus pada ikan Capungan Banggai yang disimpan di penangkaran.

Sebuah studi tentang perikanan Capungan Banggai mengungkapkan bahwa selama tahun 2007 setidaknya 1.000.000 ikan tertangkap. Padahal pada tahun yang sama diperkirakan total populasinya mencapai 2.200.000 ekor. Saat ini terdapat tiga pusat koleksi utama di Kepulauan Banggai. Setiap bulannya terdapat kurang lebih 100.000 ekor ditangkap dari seluruh pulau, sebelum dikirim ke Bali dan Sulawesi Utara untuk dijual ke eksportir internasional. Dari jumlah ini 3 0% diantaranya mati atau dalam kondisi buruk akibat proses pengiriman yang memakan waktu 1 hingga 5 hari.

Pelestarian Capungan Banggai

Upaya pelestarian spesies ini sudah dilakukan oleh beberapa pihak. Salah satunya oleh Akademi llmu Perairan New Jersey. Di tingkat nasional juga telah dikembangkan Banggai Konservasi Project, sebuah kolaborasi antara organisasi non-pemerintah Indonesia, yayasan pemerhati lingkungan, dan Akademi llmu Perairan New Jersey.

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) yang memiliki mandat untuk mendorong upaya pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya hayati, memberikan dana hibah kepada mitra untuk melakukan kajian tentang status populasi dan penyebarannya di alam. Kajian ini akan berguna untuk menentukan strategi dan intervensi pelestarian ikan ini. Program pelestarian ikan Capungan Banggai sangat diperlukan untuk menjaga populasi ikan di alam bebas.

Kepentingan Nasional Atau Internasional?

Saat ini ada desakan dari dunia internasional untuk memasukkan ikan Capungan Banggai dalam Lampiran II dari Konvensi Perdagangan Internasional Endangered Species (CITES). Hal ini bisa merugikan Indonesia sebagai "pemilik" ikan endemik ini. Jika masuk ke dalam CITES, upaya pemanfaatan ikan Capungan Banggai akan terhambat dan masyarakat tidak akan mendapat manfaat. Sementara di luar negeri telah dikembangkan upaya-upaya untuk mengembangbiakkan ikan yang dapat diperjualbelikan secara bebas.

Kini tantangannya ada pada kita semua. Upaya pelestarian tanpa memperhatikan pemanfaatan berkelanjutan tidak akan memberikan manfaat kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya, kegiatan pemanfaatan tanpa memenuhi kaidah-kaidah berkelanjutan hanya akan menjadi masalah. Apakah kita akan melestarikan dan memanfaatkan secara lestari untuk kepentingan nasional, atau membiarkan bangsa lain menggunakan sumberdaya ini demi keuntungan mereka semata?

Sumber: Yayasan Keanekaragaman Hayatilndonesia (KEHATI) dan Departemen Kelautan dan Prikanan
Blog, Updated at: 11:02 PM

0 comments:

Post a Comment