Sekilas Elang Jawa (Spizaetus barfelsi)

Posted By aksilingkungan.com on Wednesday, March 1, 2017 | 9:09 PM

AksiLingkungan.com - Merupakan salah satu kelompok burung pemangsa di hutan hujan yang hidup di Asia Tenggara. Elang Jawa adalah salah satu burung pemangsa berjambul mewakili marga Spizaetus, yang baru dapat diketahui sebagai satu spesies endemik. Pulau Jawa pada tahun 1953 (Amadon 1953), dan mungkin membentuk superspesies karena kekerabatannya paling dekat dengan Elang Gunung (Spizaetus nipalensis) dan Elang Filipina (Spizaetus philipesis).

Elang Jawa berburu dari tempat bertenggernya di dalam hutan, atau terbang rendah di atas tajuk kemudian terbang turun ke dalam dedaunan. Makanannya terdiri dari mamalia pohon seperti tupai pohon, bajing, kelelawar dan anak monyet. Agak jarang memangsa burung, seperti kerabat merpati, ayam kampung atau reptilia. Cakar keduanya yang relatif pendek merupakan bukti bahwa spesies ini tidak terbiasa menangkap burung-burung sewaktu terbang dan tentu saja burung-burung yang kuat terbang tidak terlalu takut terhadap Elang Jawa dibandingkan dengan alap-alap atau jenis elang lainnya.

Penetapan Elang Jawa sebagai salah satu satwa Nasional karena kemiripannya dengan mitos Burung Garuda, bermula dari sekitar abad X Masehi. Dan selanjutnya mitos tersebut diabadikan menjadi lambang dari kekuatan Bangsa Indonesia yang tidak akan berakhir.

Elang Jawa merupakan spesies indikator ekosistem yang seimbang. Di mana populasi Elang Jawa dapat ditemukan, maka dapat diasumsikan bahwa tatanan lingkungan tempat keberadaannya dalam kondisi utuh. Kehidupannya kini sangat tergantung pada sisa hutan hujan di Jawa yang merupakan habitatnya. Sementara populasinya menurun drastis akibat perdagangan dan penyusutan habitat. Penangkaran tidak mempunyai kontribusi berarti bagi konservasi Elang Jawa, karena sulit berkembang biak mempunyai kondisi lingkungan yang terbatas, kalaupun berhasil berbiak, maka keturunannya

Perlu kami sampaikan bahwa puspa dan satwa di atas, seperti yang terdapat dalam Keppres Nomor 4 Tahun 1993 telah diterbitkan oleh Ditjen Postel dalam bentuk prangko dan SHP pada tanggal 5 Juni 1993, sebagaimana gambar di bawah ini: tidak akan mampu kembali ke alam tanpa bantuan manusia .

Sampul Hari Pertama Prangko 1993



Blog, Updated at: 9:09 PM

0 comments:

Post a Comment